Cahaya:Pembiasan Cahaya Pada Prisma
Pelangi
cerah terbentang melengkung di atas air yang mengempas turun di Air Terjun
Niagara. Pelangi
tersebut
terbentuk karena peristiwa dispersi cahaya. Pelangi adalah salah satu contoh
dari sifat-sifat
cahaya yang
mengagumkan, selain dispersi, cahaya dapat juga mengalami interferensi.
Sejak zaman
purba, adanya pelangi telah menyenangkan dan membingungkan
semua orang
yang melihatnya. Orang kuno menganggap pelangi
sebagai
tanda nasib baik. Akan tetapi, berabad-abad kemudian, ilmuwan mulai
menyingkap
rahasia gejala-gejala misterius tersebut dan menemukan bahwa
hal ini
merupakan efek dari bahan-bahan yang sangat biasa. Bagaimana hasil
penemuan
para ahli mengenai hal itu? Agar kalian memahaminya, maka
pelajarilah
materi bab ini dengan saksama!
A. Pembiasan
Cahaya pada Prisma
Prisma
adalah zat bening yang dibatasi oleh dua bidang
datar.
Apabila seberkas sinar datang pada salah satu bidang
prisma yang
kemudian disebut sebagai bidang pembias I, akan
dibiaskan
mendekati garis normal. Sampai pada bidang
pembias II,
berkas sinar tersebut akan dibiaskan menjauhi garis
normal. Pada
bidang pembias I, sinar dibiaskan mendekati
garis
normal, sebab sinar datang dari zat optik kurang rapat
ke zat optik
lebih rapat yaitu dari udara ke kaca. Sebaliknya
pada bidang
pembias II, sinar dibiaskan menjahui garis normal,
sebab sinar
datang dari zat optik rapat ke zat optik kurang
rapat yaitu
dari kaca ke udara. Sehingga seberkas sinar yang
melewati
sebuah prisma akan mengalami pembelokan arah
dari arah
semula. Marilah kita mempelajari fenomena yang
terjadi jika
seberkas cahaya melewati sebuah prisma seperti
halnya
terjadinya sudut deviasi dan dispersi cahaya.
1. Sudut
Deviasi
seberkas
cahaya yang melewati sebuah
prisma. Hal
itu memperlihatkan
bahwa berkas
sinar tersebut
dalam prisma
mengalami dua kali
pembiasan
sehingga antara berkas sinar
masuk ke
prisma dan berkas sinar keluar
dari prisma
tidak lagi sejajar. Sudut yang
dibentuk
antara arah sinar datang
dengan arah
sinar yang meninggalkan
prisma
disebut sudut deviasi diberi
lambang D.
Besarnya sudut deviasi tergantung pada sudut
datangnya
sinar.
Untuk
segiempat AFBE, maka : + AFB = 180o
Pada
segitiga AFB, r1 + i2 + AFB = 180o, sehingga diperoleh
+
AFB = r1 + i2 + AFB
=
r1 + i2
Pada
segitiga ABC, terdapat hubungan ABC + BCA +
CAB
= 180o, di mana ABC = r2 - i2 dan CAB = i1
- r1,
sehingga
BCA + (r2 - i2) + (i1 - r1) = 180o
BCA
= 180o + (r1 + i2) - (i1 + r2)
Besarnya
sudut deviasi dapat dicari sebagai berikut.
D = 180o -
BCA
= 180o -
{(180o + (r1 + i2) - (i1 + r2)}
= (i1
+ r2) - (i2 + r1)
D = i1 + r2 -
....
(2.1)
Keterangan :
D = sudut deviasi
i1 = sudut datang pada prisma
r2 = sudut bias sinar meninggalkan prisma
=
sudut pembias prisma
Besarnya
sudut deviasi sinar bergantung pada sudut
datangnya
cahaya ke prisma. Apabila sudut datangnya sinar
diperkecil,
maka sudut deviasinya pun akan semakin kecil.
Sudut
deviasi akan mencapai minimum (Dm) jika sudut datang
cahaya ke
prisma sama dengan sudut bias cahaya meninggalkan
prisma atau pada saat itu berkas cahaya yang masuk
ke prisma
akan
memotong prisma itu menjadi segitiga sama kaki,
sehingga
berlaku i1 = r2 = i (dengan i = sudut datang cahaya
ke prisma)
dan i2 = r1 = r (dengan r = sudut bias cahaya
memasuki
prisma). Karena = i2 + r1 = 2r atau r = dengan
demikian
besarnya sudut deviasi minimum dapat dinyatakan:
D = i1 + r2 -
=
2i - atau i = (Dm + )
Menurut
hukum Snellius tentang pembiasan berlaku
atau
n1 = n2 sin .... (2.2)
dengan :
n1 = indeks bias medium di sekitar prisma
n2 = indeks bias prisma
=
sudut pembias prisma
Dm = sudut deviasi minimum prisma
Untuk sudut
pembias prisma kecil ( 15o), maka berlaku
sin (
+ Dm) = ( + Dm) dan sin = .
Sehingga besarnya
sudut
deviasi minimumnya dapat dinyatakan :
n1 sin (Dm + ) = n2 sin
n1 (Dm + ) = n2
n1 (Dm + ) = n2
Dm=
(n2B-n1)/n1=(n2/n1)B
Apabila
medium di sekitar prisma berupa udara maka n1 = 1
dan indeks
bias prisma dinyatakan dengan n, maka berlaku :
Dm = (n – 1)
....
2. Dispersi
Cahaya
Dispersi yaitu peristiwa terurainya cahaya putih
menjadi
cahaya yang
berwarna-warni, seperti terjadinya pelangi.
Pelangi
merupakan peristiwa terurainya cahaya matahari oleh
butiran-butiran
air hujan. Peristiwa peruraian cahaya ini
disebabkan
oleh perbedaan indeks bias dari masing-masing
cahaya, di
mana indeks bias cahaya merah paling kecil,
sedangkan
cahaya ungu memiliki indeks bias paling besar.
Cahaya putih
yang dapat terurai menjadi cahaya yang
berwarna-warni
disebut cahaya polikromatik sedangkan cahaya
tunggal yang
tidak bisa diuraikan lagi disebut cahaya
monokromatik. Peristiwa dispersi juga terjadi apabila
seberkas
cahaya
putih, misalnya cahaya matahari dilewatkan pada suatu
prisma.
Cahaya
polikromatik jika dilewatkan
pada prisma
akan terurai menjadi
warna merah,
jingga, kuning, hijau, biru,
nila, dan
ungu. Kumpulan cahaya warna
tersebut
disebut spektrum. Lebar
spektrum
yang dihasilkan oleh prisma
tergantung
pada selisih sudut deviasi
antara
cahaya ungu dan cahaya merah.
Selisih sudut
deviasi antara cahaya ungu
dan merah
disebut sudut dispersi yang
dirumuskan :
= Du - Dm ....
Jika sudut
pembias prisma kecil (<15o) dan n menyatakan
indeks bias
prisma serta medium di sekitar prisma adalah
udara, maka
besarnya sudut dispersi dapat dinyatakan :
=
(nu – nm) ....
dengan :
=
sudut dispersi
Dm = sudut deviasi cahaya merah
Du = sudut deviasi cahaya ungu
nm = indeks bias cahaya merah
nu = indeks bias cahaya ungu
B=
sudut pembias prisma
3. Prisma
Akromatik
Prisma
akromatik adalah
susunan dua
buah prisma
yang terbuat dari bahan
yang
berbeda, disusun secara terbalik
yang
berfungsi untuk meniadakan sudut
deviasi yang
terjadi pada prisma
tersebut.
Misalkan sebuah prisma terbuat
dari kaca
kerona yang mempunyai
indeks bias
untuk sinar merah nm, sinar
ungu nu dan
sudut pembiasnya
disusun
dengan prisma yang terbuat dari kaca flinta yang
memiliki
indeks bias untuk sinar merah nm, sinar ungu nu
dan sudut
pembiasnya maka pada prisma akromatik
berlaku
bahwa besarnya sudut deviasi pada prisma flinta dan
prisma
kerona adalah sama. Karena pemasangan yang terbalik,
sehingga
kedua sudut deviasi saling meniadakan sehingga
berkas sinar
yang keluar dari susunan prisma tersebut berupa
sinar yang
sejajar dengan berkas sinar yang masuk ke prisma
tersebut.
Pada prisma akromatik berlaku :
(nu - nm) =
(n’u - n’m)
[nu-nm/n'u-n'm]=B'/B
4. Prisma
Pandang Lurus
Prisma
pandang lurus yaitu
susunan dua buah prisma yang
disusun
untuk menghilangkan sudut deviasi salah satu warna
sinar,
misalnya sinar hijau atau kuning.
Sebagai
contoh sebuah prisma yang terbuat dari kaca
flinta dengan indeks bias untuk sinar hijau nh dan
sudut
pembiasnya
disusun dengan prisma yang terbuat dari kaca
kerona dengan indeks bias sinar hijau n
h dan sudut
pembiasnya .
Untuk meniadakan sudut dispersi sinar hijau
maka akan
berlaku :
[nh-1/n'h]=B'-B
Pada waktu
musim hujan sering kita melihat adanya gejala alam yang kita
sebut
sebagai pelangi. Pelangi hanya kita lihat pada musim hujan saja dan
jarang pada
musim kemarau kita jumpai adanya pelangi. Pelangi terjadi
apabila di
depan kita terjadi hujan dan kita berdiri membelakang matahari.
Pelangi yang
terjadi pada pagi hari akan terlihat di bagian barat dan di
sore hari
akan terlihat di bagian timur dan bentuknya selalu menyerupai
busur dan
selalu terlihat pada sudut pandang 42o terhadap garis horisontal.
Cobalah
diskusikan pada teman-teman anggota kelompokmu bagaimana
pelangi itu
terjadi dan presentasikan hasil diskusi di depan kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar