Selasa, 10 Juli 2012

Pembiasan Cahaya Pada Prisma


Cahaya:Pembiasan Cahaya Pada Prisma
Pelangi cerah terbentang melengkung di atas air yang mengempas turun di Air Terjun Niagara. Pelangi
tersebut terbentuk karena peristiwa dispersi cahaya. Pelangi adalah salah satu contoh dari sifat-sifat
cahaya yang mengagumkan, selain dispersi, cahaya dapat juga mengalami interferensi.

Sejak zaman purba, adanya pelangi telah menyenangkan dan membingungkan
semua orang yang melihatnya. Orang kuno menganggap pelangi
sebagai tanda nasib baik. Akan tetapi, berabad-abad kemudian, ilmuwan mulai
menyingkap rahasia gejala-gejala misterius tersebut dan menemukan bahwa
hal ini merupakan efek dari bahan-bahan yang sangat biasa. Bagaimana hasil
penemuan para ahli mengenai hal itu? Agar kalian memahaminya, maka
pelajarilah materi bab ini dengan saksama!

A. Pembiasan Cahaya pada Prisma
Prisma adalah zat bening yang dibatasi oleh dua bidang
datar. Apabila seberkas sinar datang pada salah satu bidang
prisma yang kemudian disebut sebagai bidang pembias I, akan
dibiaskan mendekati garis normal. Sampai pada bidang
pembias II, berkas sinar tersebut akan dibiaskan menjauhi garis
normal. Pada bidang pembias I, sinar dibiaskan mendekati
garis normal, sebab sinar datang dari zat optik kurang rapat
ke zat optik lebih rapat yaitu dari udara ke kaca. Sebaliknya
pada bidang pembias II, sinar dibiaskan menjahui garis normal,
sebab sinar datang dari zat optik rapat ke zat optik kurang
rapat yaitu dari kaca ke udara. Sehingga seberkas sinar yang
melewati sebuah prisma akan mengalami pembelokan arah
dari arah semula. Marilah kita mempelajari fenomena yang
terjadi jika seberkas cahaya melewati sebuah prisma seperti
halnya terjadinya sudut deviasi dan dispersi cahaya.
1. Sudut Deviasi
seberkas cahaya yang melewati sebuah
prisma. Hal itu memperlihatkan
bahwa berkas sinar tersebut
dalam prisma mengalami dua kali
pembiasan sehingga antara berkas sinar
masuk ke prisma dan berkas sinar keluar
dari prisma tidak lagi sejajar. Sudut yang
dibentuk antara arah sinar datang
dengan arah sinar yang meninggalkan
prisma disebut sudut deviasi diberi
lambang D. Besarnya sudut deviasi tergantung pada sudut
datangnya sinar.
Untuk segiempat AFBE, maka : 􀁅 + 􀂑 AFB = 180o
Pada segitiga AFB, r1 + i2 + 􀂑 AFB = 180o, sehingga diperoleh
􀁅 + 􀂑 AFB = r1 + i2 + 􀂑 AFB
􀁅 = r1 + i2
Pada segitiga ABC, terdapat hubungan 􀂑 ABC + 􀂑 BCA +
􀂑 CAB = 180o, di mana 􀂑 ABC = r2 - i2 dan 􀂑 CAB = i1 - r1,
sehingga 􀂑 BCA + (r2 - i2) + (i1 - r1) = 180o
􀂑 BCA = 180o + (r1 + i2) - (i1 + r2)
Besarnya sudut deviasi dapat dicari sebagai berikut.
D = 180o - 􀂑 BCA
= 180o - {(180o + (r1 + i2) - (i1 + r2)}
= (i1 + r2) - (i2 + r1)
D = i1 + r2 - 􀁅 .... (2.1)
Keterangan :
D = sudut deviasi
i1 = sudut datang pada prisma
r2 = sudut bias sinar meninggalkan prisma
􀁅 = sudut pembias prisma
Besarnya sudut deviasi sinar bergantung pada sudut
datangnya cahaya ke prisma. Apabila sudut datangnya sinar
diperkecil, maka sudut deviasinya pun akan semakin kecil.
Sudut deviasi akan mencapai minimum (Dm) jika sudut datang
cahaya ke prisma sama dengan sudut bias cahaya meninggalkan
prisma atau pada saat itu berkas cahaya yang masuk ke prisma
akan memotong prisma itu menjadi segitiga sama kaki,
sehingga berlaku i1 = r2 = i (dengan i = sudut datang cahaya
ke prisma) dan i2 = r1 = r (dengan r = sudut bias cahaya
memasuki prisma). Karena 􀁅 = i2 + r1 = 2r atau r = 􀁅 dengan
demikian besarnya sudut deviasi minimum dapat dinyatakan:
D = i1 + r2 - 􀁅 = 2i - 􀁅 atau i = (Dm + 􀁅)
Menurut hukum Snellius tentang pembiasan berlaku
atau
n1 = n2 sin 􀁅 .... (2.2)
dengan :
n1 = indeks bias medium di sekitar prisma
n2 = indeks bias prisma
􀁅 = sudut pembias prisma
Dm = sudut deviasi minimum prisma
Untuk sudut pembias prisma kecil (􀁅 􀁤 15o), maka berlaku
sin (􀁅 + Dm) = (􀁅 + Dm) dan sin 􀁅 = 􀁅. Sehingga besarnya
sudut deviasi minimumnya dapat dinyatakan :
n1 sin (Dm + 􀁅) = n2 sin 􀁅
n1 (Dm + 􀁅) = n2 􀁅
n1 (Dm + 􀁅) = n2 􀁅
Dm= (n2B-n1)/n1=(n2/n1)B
Apabila medium di sekitar prisma berupa udara maka n1 = 1
dan indeks bias prisma dinyatakan dengan n, maka berlaku :
Dm = (n – 1) 􀁅 ....
2. Dispersi Cahaya
Dispersi yaitu peristiwa terurainya cahaya putih menjadi
cahaya yang berwarna-warni, seperti terjadinya pelangi.
Pelangi merupakan peristiwa terurainya cahaya matahari oleh
butiran-butiran air hujan. Peristiwa peruraian cahaya ini
disebabkan oleh perbedaan indeks bias dari masing-masing
cahaya, di mana indeks bias cahaya merah paling kecil,
sedangkan cahaya ungu memiliki indeks bias paling besar.
Cahaya putih yang dapat terurai menjadi cahaya yang
berwarna-warni disebut cahaya polikromatik sedangkan cahaya
tunggal yang tidak bisa diuraikan lagi disebut cahaya
monokromatik. Peristiwa dispersi juga terjadi apabila seberkas
cahaya putih, misalnya cahaya matahari dilewatkan pada suatu
prisma.
Cahaya polikromatik jika dilewatkan
pada prisma akan terurai menjadi
warna merah, jingga, kuning, hijau, biru,
nila, dan ungu. Kumpulan cahaya warna
tersebut disebut spektrum. Lebar
spektrum yang dihasilkan oleh prisma
tergantung pada selisih sudut deviasi
antara cahaya ungu dan cahaya merah.
Selisih sudut deviasi antara cahaya ungu
dan merah disebut sudut dispersi yang
dirumuskan :
= Du - Dm ....
Jika sudut pembias prisma kecil (<15o) dan n menyatakan
indeks bias prisma serta medium di sekitar prisma adalah
udara, maka besarnya sudut dispersi dapat dinyatakan :
 = (nu – nm)  ....
dengan :
 = sudut dispersi
Dm = sudut deviasi cahaya merah
Du = sudut deviasi cahaya ungu
nm = indeks bias cahaya merah
nu = indeks bias cahaya ungu
 B= sudut pembias prisma
3. Prisma Akromatik
Prisma akromatik adalah susunan dua
buah prisma yang terbuat dari bahan
yang berbeda, disusun secara terbalik
yang berfungsi untuk meniadakan sudut
deviasi yang terjadi pada prisma
tersebut. Misalkan sebuah prisma terbuat
dari kaca kerona yang mempunyai
indeks bias untuk sinar merah nm, sinar
ungu nu dan sudut pembiasnya  
disusun dengan prisma yang terbuat dari kaca flinta yang
memiliki indeks bias untuk sinar merah n􀁣m, sinar ungu n􀁣u
dan sudut pembiasnya  maka pada prisma akromatik
berlaku bahwa besarnya sudut deviasi pada prisma flinta dan
prisma kerona adalah sama. Karena pemasangan yang terbalik,
sehingga kedua sudut deviasi saling meniadakan sehingga
berkas sinar yang keluar dari susunan prisma tersebut berupa
sinar yang sejajar dengan berkas sinar yang masuk ke prisma
tersebut. Pada prisma akromatik berlaku :
(nu - nm)  = (n’u - n’m)
[nu-nm/n'u-n'm]=B'/B

4. Prisma Pandang Lurus
Prisma pandang lurus yaitu susunan dua buah prisma yang
disusun untuk menghilangkan sudut deviasi salah satu warna
sinar, misalnya sinar hijau atau kuning.
Sebagai contoh sebuah prisma yang terbuat dari kaca
flinta dengan indeks bias untuk sinar hijau nh dan sudut
pembiasnya 􀁅 disusun dengan prisma yang terbuat dari kaca
kerona dengan indeks bias sinar hijau n􀁣 h dan sudut
pembiasnya 􀁅􀁣. Untuk meniadakan sudut dispersi sinar hijau
maka akan berlaku :
[nh-1/n'h]=B'-B

Pada waktu musim hujan sering kita melihat adanya gejala alam yang kita
sebut sebagai pelangi. Pelangi hanya kita lihat pada musim hujan saja dan
jarang pada musim kemarau kita jumpai adanya pelangi. Pelangi terjadi
apabila di depan kita terjadi hujan dan kita berdiri membelakang matahari.
Pelangi yang terjadi pada pagi hari akan terlihat di bagian barat dan di
sore hari akan terlihat di bagian timur dan bentuknya selalu menyerupai
busur dan selalu terlihat pada sudut pandang 42o terhadap garis horisontal.
Cobalah diskusikan pada teman-teman anggota kelompokmu bagaimana
pelangi itu terjadi dan presentasikan hasil diskusi di depan kelas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar